CANDI
PRAMBANAN
CANDI
HINDU TERCANTIK DI DUNIA
(DISUSUN
SEBAGAI TUGAS INDIVIDU BIMBINGAN TIK)
Di susun
oleh :
Nama
: Layinatu Khusniyatinna’im
Kelas
: IXB
No.absen
: 13
SMP NEGERI 1 SALAMAN
Jl.Pangeran Diponegoro, Salaman, Kab.Magelang, Jawa Tengah, KP.56162
2015
Candi
Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada
masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang
setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi
ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah
Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah
area yang kini dibangun taman indah.
Candi ini adalah termasuk Situs
Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu
candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan
ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai
candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks
gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia
Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh
dunia.
Ada sebuah legenda yang selalu
diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung
Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta
Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir
terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api
besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat
membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena
merasa dicurangi.
Candi Prambanan memiliki 3
candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi
tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu
menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang
menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda
untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4
candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang
terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah
ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain
masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha
(putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang
dalam legenda yang diceritakan di atas.
Di Candi Wisnu yang terletak di
sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi
arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi
Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi pendamping yang cukup
memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini
menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda.
Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas,
berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan,
sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau
'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau
Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari
kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta
(air suci para dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu
yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai
kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta
lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga
menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi
adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan
istilah Krut atau Pha Krut.
Prambanan juga memiliki relief
candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan
cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik
adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan,
kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru
digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli
menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola
lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda,
Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia,
Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa
ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian
lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu
juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian
wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.
Penampang candi Siwa
Arsitektur candi Prambanan berpedoman
kepada tradisi arsitektur Hindu yang berdasarkan kitab Wastu Sastra. Denah
candi megikuti pola mandala, sementara bentuk candi yang tinggi menjulang
merupakan ciri khas candi Hindu. Prambanan memiliki nama asli Siwagrhadan
dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk gunung suci Mahameru,
tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam
semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa lapisan
ranah, alam atau Loka.
Seperti Borobudur, Prambanan
juga memiliki tingkatan zona candi, mulai dari yang kurang suci hingga ke zona
yang paling suci. Meskipun berbeda nama, tiap konsep Hindu ini memiliki
sandingannya dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya hampir sama. Baik lahan
denah secara horisontal maupun vertikal terbagi atas tiga zona:
• Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah
terendah makhluk yang fana; manusia, hewan, juga makhluk halus dan iblis. Di
ranah ini manusia masih terikat dengn hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang
tidak suci. Halaman terlar dan kaki candi melambangkan ranah bhurloka.
• Bhuwarloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam
tegah, tempat orang suci, resi, pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini
manusia mulai melihat cahaya kebenaran. Halaman tengah dan tubuh candi
melambangkan ranah bhuwarloka.
• Swarloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah
trtinggi sekaligus tersuci tempat para dewa bersemayam, juga disebutswargaloka.
Halaman dalam dan atap candi melambangkan ranah swarloka. Atap candi-candi di
kompleks Prambanan dihiasi dengan kemuncak mastaka berupa ratna(Sanskerta:
permata), bentuk ratna Prambanan merupakan modifikasi bentuk wajra yang
melambangkan intan atau halilintar. Dalam arsitektur Hindu Jawa kuno,
ratnaadalah sandingan Hindu untuk stupa Buddha, yang berfungsi sebagai kemuncak
atau mastaka candi.
Pada saat pemugaran, tepat di
bawah arca Siwa di bawah ruang utama candi Siwa terdapat sumur yang didasarnya
terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75 meter dan peti batu pripih
ini ditemukan diatas timbunan arang kayu, tanah, dan tulang belulang hewan
korban. Di dalam pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran emas
dengan aksara bertuliskan Waruna (dewa laut) dan Parwata (dewa gunung). Dalam
peti batu ini terdapat lembaran tembaga bercampur arang, abu, dan tanah, 20
keping uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas, dan lembaran
perak, cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 diantaranya berbentuk
kura-kura, ular naga (kobra),padma, altar, dan telur).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar